Jakarta, spiritnews.co.id – Perguruan tinggi di saat era revolusi industri 4.0 hanya memiliki dua pilihan orientasi yakni menyesuaikan kebutuhan pasar kerja dan pembangunan kewirausahaan.
Menteri Ketenagakerjaan, M Hanif Dhakiri, mengatakan, orientasi Perguruan Tinggi yang terlalu akademis, tak akan memilii relevasi dengan kebutuhan pasar kerja dan memperkuat wirausaha.
“Kita didik dan latih anak-anak dengan dua orientasi agar bisa masuk pasar kerja dan kedua agar mwreka bisa membangun wirausaha,” kata Menaker Hanif usai menjadi keynote speaker seminar nasional bertema “Tantangan Ketenagakerjaan pada Proteksi Sosial dalam Menghadapi Industri 4.0” di Kampus Pascasarjana Universitas Pancasila, Jakarta, Kamis (28/2/2019).
Baca Juga : Ini Cara Menteri Hanif Meningkatkan Kualitas SDM
Hanif mengakui saat ini perguruan tinggi masih memiliki orientasi akademisi. Akibatnya banyak lulusan perguruan tinggi, yang kompetensinya masih dipersoalkan.
Ia meminta kalangan akademisi atau perguruan tinggi agar tak terlalu takut dan mengkhawatirkan saat memasuki era revolusi induatri 4.0. Menurut Menaker harus direspon dan diantisipasi secara memadai.
“Karena dia akan munculkan tantangan sekaligus menciptakan peluang-peluang baru,” kata Hanif didampingi Direktur Bina Standardisasi Kompetensi dan Pelatihan Kerja, Sukiyo.
Hanif menegaskan yang perlu dilihat dari perjalanan revolusi industri 4.0 adalah proses transformasi industri dari tahap 1, 2, 3 dan 4 dari sisi durasi waktu berjalan lebih cepat.
Berita Terkait : Hadapi Revolusi Industri 4.0, Pengusaha dan Pekerja Harus Perkuat Dialog Sosial
“Revolusi industri 4.0 lebih cepat. Beda dengan revolusi industri 1,2,3 lebih predictable. Tapi nanti jika perjalanan revolusi industri 5.0, akan jauh lebih cepat lagi dibanding kurun waktu sebelumnya,” ujarnya.
Dikatakan, yang membedakan revolusi industri 4.0 dibandingkan revolusi industri sebelumnya adalah kombinasi tiga hal sekaligus yang sangat penting. Pertama, manusia (SDM), mesin (robot) dan big data. Nah ketiganya menyatu dikolaborasi bersama sehingga membuat segala sesuatu menjadi sangat mudah.
“Tantangan industri kita bagaimana menjaga kompetitiveness dengan berbagai bentuk inovasi,” katanya.
Sementara Rektor Universitas Pancasila Prof. DR. Wahono, Apt., Sunaryono berharap bagaimana revolusi industri 4.0 dari aspek ketenagakerjaan bisa dimanfaatkan secara bersama untuk kemakmuran masyaraklat Indonesia.
Tujuan digelarnya seminar ini sebagai wujud hadirnya perguruan tinggi untuk membedah kebijakan untuk disampaikan kepada stakeholder.
“Dan sebagai introspeksi belajar mengajar ino terus di-upgrade sesuai dinamika perkembangan eksternal,” kata Wahono, didampingi Direktur Pascasarjana Prof Dr Sutjipto.(rls/sn)