Kabupaten Aceh Utara, spiritnews.co.id – Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Nurul Arafah Panton Labu, Kamis (03/10/2019) menggelar prosesi kuliah perdana, disertai pengukuhan ketua dan pejabat kampus.
Muhammad Nasir, menjadi Ketua STAI Nurul Arafah yang beralamat Gampong Bujok, Kecamatan Baktiya, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh.
Ketua Yayasan Nurul Arafah, Abi Ibnu Ali Rasyid, mengatakan, pelantikan seluruh unsur pimpinan STAI Nurul Arafah, merupakan upaya untuk terus mengembangkan lembaga pendidikan yang ada di bawah naungan Yayasan Nurul Arafah kearah yang lebih inovatif terutama di bidang pendidikan.
“Pelantikan unsur pimpinan STIA Nurul Arafah, diharapkan membawa semangat baru untuk terus mengembangkan lembaga pendidikan secara kreatif dan inovatif. Semoga menjadikan STAI ini sebagai tempat Ibadah dan Harkat bagi generasi dimasa mendatang,” jelasnya.
Abi mengajak semua unsur bersama – sama mewujudkan harapan dan impian dalam membangun STAI Nurul Arafah Panton Labu Aceh Utara yang maju dan berintegritas demi masa depan generasi yang akan datang.
Kampus yang berdiri tahun 2018 berdasarkan SK BAN-PT nomor: 182/SK/BAN-PT/Min-Akred/XII/2018 tentang Pemenuhan persyaratan minimum akreditasin Perguruan Tinggi pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam.
STAI Nurul Arafah membina dua program studi yakni S1 Manajemen Pendidikan Islam (MPI), dan S1 Pendidikan Agama Islam (PAI) di bawah naungan Yayasan Nurul Arafah Panton Labu.
“STAI Nurul Arafah merupakan lembaga pendidikan dengan mengedapankan akhlak serta karakter yang islami, Jumlah mahasiswa kuliah perdana tahun akademik 2019/2020 sebanyak 130 perdana,” jelasnya.
Ketua Kopertis Wilayah V Aceh, Warul Walidin AK, mengatakan, dunia kini memasuki era Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan perkembangan teknologi yang terintegrasi dengan jaringan internet.
Jika kemajuan teknologi tidak diimbangi dengan penguatan kapasitas modal sumber daya manusia maka kemajuan teknologi akan mengganggu, bahkan mengancam keberadaan manusia.
“Pengembangan sumber daya manusia (SDM) menjadi faktor penting dalam menghadapi era revolusi industri 4.0. Untuk memiliki SDM yang berkualitas, diperlukan pendidikan sebagai bekal agar SDM tersebut mampu bersaing dengan ketat,” katanya.
Selain itu, pendidikan seseorang juga berpengaruh pada kesempatan yang diperoleh untuk bisa bekerja di berbagai bidang, baik tingkat nasional maupun global, sehingga bisa mengubah hidupnya menjadi lebih baik dan setara dengan SDM di negara lain.
“Ini tantangan paling besar, bagaimana pendidikan diubah untuk memenuhI everchanging needs. Pendidikan adalah kunci dari pemerataan kesempatan dan mengembangkan hidup. Saya percaya pendidikan merupakan kunci dalam kehidupan,” ujarnya.
Dia menyampaikan hasil penelitiannya dalam seminar mengatakan, sumber daya manusia Indonesia masih rendah untuk menghadapi revolusi industri 4.0 dibandingkan dengan negara Jepang memasuki era revolusi 5.0.
“Kemajuan teknologi yang ada di Indonesia tidak sebanding dengan sumber daya manusia Indonesia. Saat ini ada distrubsi, sehingga perlu ada perubahan dalam sistem pendidikan di Indonesia, peningkatkan akses dan pemanfaatan teknologi,” ungkapnya.(mah)