Kota Bogor, spiritnews.co.id – Anak-anak di Indonesia, tidak terkecuali di kota maupun di pelosok, masih menghadapi berbagai tantangan kesehatan yang dapat berpengaruh masa depan. Seperti gizi kurang, gizi buruk, kekurangan mikronutrien, obesitas, hingga kondisi stunting.
Sebagai upaya memperluas pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk mencegah stunting, Danone Indonesia menyelenggarakan program Bidik Nutrisi yang diawali Workshop Fotografi dengan tema “Raih Masa Depan Tanpa Stunting” dengan melibatkan jurnalis di Jawa Barat, di Kota Bogor, Senin (9/12/2109).
Corporate Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin, mwngatakan, anak dengan kondisi stunting beresiko lebih tinggi memiliki penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, diabetes, dan lainnya di masa depan.
Menurut catatan Bappenas, kata Arif, anak dengan kondisi stunting diprediksi akan berpenghasilan 20% lebih rendah dari anak yang tumbuh optimal. Kondisi ini diperkirakan akan berpotensi menimbulkan kerugian negara hingga 2-3% dari APBN atau setara dengan sekitar Rp 400 triliun.
“Dampak permanen dari kondisi stunting dapat menghambat visi pemerintah Indonesia dalam memajukan kualitas sumber daya manusia. Maka dari itu, dibutuhkan terobosan pencegahan stunting melalui kerjasama lintas sektor sebagai upaya efektif untuk menurunkan angka prevalensi stunting di Indonesia,” kata Arif saat membuka Workshop Fotografi tersebut.
Dikatakan, untuk dapat berkontribusi positif pada kesehatan ibu dan anak adalah tujuan dari bisnis, Danone Indonesia ingin terus dapat membawa kesehatan melalui makanan dan minuman ke sebanyak mungkin masyarakat di dunia, termasuk di Indonesia.
“Untuk mewujudkan misi, kami rutin mengadakan beragam penelitian ilmiah, inovasi produk, program berkelanjutan, hingga kegiatan edukasi ke berbagai pihak. Kami memulai kegiatan Workshop dan Kompetisi Foto “Bidik Nutrisi” guna meningkatkan pengetahuan pewarta foto baik tentang kondisi stunting itu sendiri maupun tentang teknis fotografi dan storytelling terkait human interest agar memperkuat penyampaian informasi para pewarta foto tentang isu ini ke masyarakat,” katanya.
Praktisi Kesehatan dan Gizi, Dr. Akim Dharmawan, mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban ganda permasalahan gizi yaitu undernutrition dan overweight, dimana data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi stunting Indonesia mencapai 30,8%.
Di Bogor sendiri, kata Akim, terdapat 1 dari 3 anak baduta dan balita mengalami stunting, 12,6% balita di Kabupaten Bogor menderita gizi buruk dan kurang, serta 5,8% balita di Kabupaten Bogor kurus. Penurunan stunting memerlukan implementasi intervensi lintas sektor, yaitu intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif secara terintegrasi di tingkat pusat dan daerah.
“Upaya pencegahan stunting dibutuhkan perubahan perilaku berkelanjutan terkait intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif mulai dari individu, kelompok, hingga masyarakat luas. Dengan meningkatkan kesadaran berbagai lapisan masyarakat dan pemangku kepentingan mengenai hal-hal yang dapat berpengaruh pada kondisi stunting, mulai dari pentingnya nutrisi pada periode emas 1000 Hari Pertama Kehidupan (termasuk masa kehamilan), pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang tepat, kondisi ketersediaan pangan sehat di sekolah, pangan yang disajikan di rumah setiap hari, dan berbagai kesempatan lainnya. Intervensi gizi spesifik meliputi asupan gizi, tata laksana, pemeriksaan rutin, dan lainnya. Sedangkan intervensi gizi sensitif terdiri dari penyediaan air bersih dan sanitasi, lingkungan, pendidikan, dan lainnya,” kata Akim.
Untuk mewujudkan pillar ke-2 dalam Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting, jelasnya, dapat dilakukan kampanye nasional dan komunikasi perubahan perilaku, media memiliki peran yang sangat besar untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran kepada masyarakat. Hal ini dapat disampaikan melalui artikel, audiovisual, maupun foto.
Jurnalis Foto Senior, Arbain Rambey, mengatakan, pencegahan stunting bagi masyarakat juga bisa dilakukan melalui foto tunggal bertema human interest.
“Dalam keseharian seorang pewarta foto, dibutuhkan tidak hanya skill sebagai seorang fotografer, tetapi juga kemampuan untuk mengambil momen yang bisa bercerita. Foto yang baik harus bagus (sesuai dengan tema), indah (memiliki komposisi yang baik), dan menarik (mampu bercerita). Beberapa tips dalam memotret human interest photo adalah harus memahami pokok-pokok masalahnya, lalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan bahasa visualnya,” kata Arbain.(sir)