Operasi PT PIM Dihentikan, Petani Kesulitan Urea Bersubsidi

  • Whatsapp
spiritnews.co.id
PT Pupuk Iskandar Muda Aceh

Kabupaten Aceh Utara, spiritnews.co.id – Operasional PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) di Kecamatan Dewantara, Krueng Geukuh, Aceh Utara, sudah terhenti sejak November 2019. Pasalnya, persediaan pupuk urea subsidi dan komersil saat ini tengah mengalami kelebihan (oversupply).

Manager Humas PT Pupuk Iskandar Muda, Nasrun, membenarkan, operasional pabrik yang memproduksi pupuk urea sudah terhenti sejak November 2019 hingga saat ini. PT PIM rencana start-up 15 Januari 2020 nanti.

Bacaan Lainnya

“Benar pak. Terhentinya pabrik penghasil pupuk urea, karena stock pupuk urea subsidi dan komersil sudah berlebih,” kata Nasrun, kepada spiritnews.co.id, di kantornya, Selasa (7/1/2020).

Terkait keluhan petani pupuk bersubsidi di pasaran, menurut Nasrun, saat ini PT PIM sedang menunggu SK Menteri Pertanian sebagai kebijakan pemerintah yang akan menetapkan jumlah alokasi pupuk subsidi untuk petani tanaman pangan tahun 2020.

“Sedangkan stock pupuk bersubsidi diperkirakan mencukupi kebutuhan petani di masa tanam sampai akhir Desember 2019. Kelangkaan pupuk bersubsidi mulai dirasakan petani dipasaran wilayah timur Kabupaten Aceh Utara. Untuk mengganti ke pupuk non subsidi,” katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Aceh Utara, Mukhtar, mengatakan, kelangkaan pupuk urea bersubsidi di pasaran akhir – akhir ini. Untuk itu, pihaknya saat ini masih menunggu regulasi dari Mentan terkait dengan alokasi dan harga eceran tertinggi (HET) pupuk.

“Apalagi terhitung sejak November 2019 hingga saat ini, PT.PIM tidak beroperasi karena terkendala pasokan gas. Saya berharap PT.PIM bisa mendapatkan pasokan gas sehingga aktivitas perusahaan beropeasi kembali,” kata Muhhtar.

Pupuk yang dijatahkan setiap tahun, lanjut Mukhtar, hanya cukup untuk sepertiga dari kebutuhan riel.

“Jika yang dibutuhkan 19.000 ton, tapi yang mendapat jatah hanya sekitar 7.000 ton pada tahun 2019 dari areal sawah produktif Kabupaten Aceh Utara seluas 40.000 hektar,” ujarnya.

Sejak sebulan terakhir, petani di sejumlah kecamatan di Kabupaten Aceh Utara dilaporkan bingung pada setiap musim tanam (MT), pupuk masih menjadi persoalan utama yang mereka hadapi. Kecuali hanya pupuk non subsidi yang tersedia, sementara pupuk bersubsidi kosong sama sekali.

Sementara sarana pendukung kenaikan hasil khususnya pupuk selalu menjadi kendala. Saat hendak memasuki masa tanam, pupuk bersubsidi tak ada di kios.

“Yang tersedia hanyalah pupuk non subsidi yang harganya sudah pasti lebih tinggi. Seperti memasuki musim tanam rendengan (MTR) 2019/2020, dimana sebagian petani di Kecamatan Lhoksukon kini butuh pupuk, tapi ternyata tidak tersedia di kios,” kata Iskandar, salah seorang petani.

Karena kebutuhan mendesak termasuk untuk benih di persemaian mereka terpaksa juga membeli pupuk non subsidi.

“Sudah sebulan pupuk bersubsidi kosong. Petani resah karena tak ada pupuk,” kata Rusli, salah seorang petani di Kecamatan Tanah Luas.(mah)

Pos terkait