Jakarta, spiritnews.co.id – Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengatakan kunci utama memenangkan persaingan dan survive dari krisis sebagai dampak revolusi industri 4.0 dan pamdemi covid-19 yakni adaptasi, kreasi dan inovasi.
Menurut Ida, tuntutan beradaptasi dengan keadaan, memaksa orang untuk kreatif dan kreatifitas yang terus dipacu akan melahirkan inovasi inovasi baru.
“Mari, kita hadapi semua tantangan dengan positive thinking serta terus berinovasi. Dengan demikian, kita tak hanya mampu menangkap peluang, tapi juga menciptakan peluangan. Kita tak hanya ikut bersaing, tapi kita memenangkan persaingan,“ ujar Ida, saat menjadi narasumber webinar bertema “Kreatif dan Inovatif Menemukan Sumber Penghasilan Baru di Tengah Pandemi Covid-19” dengan Mahasiswa dan Civitas Akademika Universitas Pamulang, di Jakarta, Selasa (16/6/2020).
Dalam paparannya, Ida menyatakan tantangan yang dihadapi industri dan ketenagakerjaan adalah pandemi global Covid-19.
“Dampaknya, sejumlah industri terpaksa tutup. Gelombang PHK dan merumahkan pekerja, tak terhindarkan. Pertumbuhan ekonomi global maupun nasional, diprediksi menurun,” katanya.
Meski demikian, kata Ida, sebagaimana dampak dari revolusi industri 4.0, pada sisi lain kondisi pamdemi juga memunculkan peluang-peluang usaha/jenis pekerjaan baru. Industri dan pekerjaan yang mendukung implementasi New Normal, sektor kesehatan, jasa ekspedisi dan jenis usaha yang mendukung protokol kesehatan, akan berkembang.
Banyak industri dan pekerjaan akan ter-disrupsi oleh dampak New Normal. Misalnya sektor pariwisata, transportasi, hiburan, manufaktur serta industri yang “bertentangan” dengan pelaksanaan protokol kesehatan.
Menurutnya, revolusi industri 4.0 juga telah mengubah karakter industri. Jika sebelumnya model industri berjalan secara konvensional dengan bertumpu pada kekuatan modal dan eksplorasi sumberdaya alam, perlahan namun pasti, akan bergeser menjadi industri modern yang berbasis pada inovasi dan kolaborasi.
Dijelaskan, penggunaan otomasi teknologi dan Big Data pada saat ini telah berdampak pada apa yang disebut disrupsi ekonomi. Banyak jenis usaha dan jenis pekerjaan yang tidak berkembang, bahkan hilang.
“Industri padat karya mudah digantikan mesin dan beberapa skill akan digantikan oleh kecerdasan buatan. Namun banyak jenis usaha dan pekerjaan baru muncul, terutama industri yang berbasis pada IT dan Big Data,” ungkapnya.(rls/red)