Demo GRATIS untuk UKM Indonesia sebagai Solusi SAP Business ByDesign

  • Whatsapp
Managing Director SAP Indonesia, Andreas Diantoro

Jakarta, spiritnews.co.id – Seiring dengan masifnya dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian di seluruh dunia, perusahaan kecil dan menengah terus berjuang untuk bisa menghadapi tantangan dan perlambatan bisnis yang dihadapinya.

Banyak perusahaan terpaksa menutup usaha mereka maupun mengurangi aktivitas bisnis mereka karena pelanggan saat ini berada di rumah dan mengurangi pembelian.

Bacaan Lainnya

Pandemi yang tampaknya tidak akan berakhir dalam waktu dekat, membuat para pimpinan bisnis mulai mengadopsi strategi baru dan menata ulang perusahaan mereka agar bisa lebih kuat dan berjalan lebih baik dalam menghadapi krisis.

Proses “reset for the rebound” ini akan memungkinkan Usaha Kecil Menengah (UKM) bisa menghadapi badai saat ini dengan lebih baik dan bisa memposisikan diri mereka untuk memanfaatkan kesempatan baru yang akan bermunculan.

Riset terkini yang dilakukan oleh SAP SE bertajuk “Digital Resilient, and Experience-driven: How Small and Midsize Organisations Can Prepare for the New Economy”(1), pada kenyataannya mencatat bahwa UKM di Asia Pasific secara unik diposisikan untuk beradaptasi dan bertahan di tengah lingkungan bisnis pasca Covid-19 yang disruptif dan dinamis.

Berkolaborasi dengan Oxford Economics, riset ini juga mengungkapkan tema-tema lainnya seperti prioritas, tantangan dan kematangan digital UKM di Amerika, Eropa, dan Asia Pasifik. Dari total 2.000 responden, 832 responden diantaranya berasal dari pasar Asia Pasifik.

Menurut 240 responden yang memberikan jawaban terhadap serangkaian pertanyaan dalam survei tersebut, UKM Asia Pasifik diposisikan dengan baik untuk beradaptasi terhadap lingkungan kerja jarak jauh.

Mereka merespon pandemi Covid-19 dengan bertindak cepat untuk mengimplementasikan dan menyesuaikan jadwal kerja jarak jauh para karyawan. 77% diantaranya menyatakan bahwa mereka menyesuaikan jadwal kerja jarak jauh karyawan untuk merespon Covid-19, berbanding dengan responden dari Eropa (75%) dan Amerika (71%).

Selain itu, 61% UKM Asia Pasifik yang disurvei membuat kebijakan kerja jarak jauh untuk karyawan selama periode ini, sementara 69% berinvestasi di teknologi informasi dan solusi kolaboratif untuk mendukung akses jarak jauh dan atau pembelajaran online.

Menariknya, 10% UKM Asia Pasifik menyatakan bahwa pandemi tidak berdampak kepada kemampuan mereka untuk mengakomodasi kerja jarak jauh dan mengelola produktivitas karyawan.

Dalam rangka mendukung keberlangsungan bisnis selama periode ini, banyak UKM Asia Pasifik yang juga secara aktif mengeksplorasi strategi baru untuk mengirim produk dan jasa mereka ke pelanggan (66%, berbanding 64% di Amerika dan 59% di Eropa) dan mengembangkan penawaran produk dan jasa baru (46%, berbanding 40% di Amerika dan 49% di Eropa).

UKM Indonesia juga beradaptasi terhadap perubahan-perubahan ini, dimana banyak dari mereka yang menyesuaikan kembali operasional mereka dan mengambil langkah-langkah penting untuk menanamkan solusi teknologi ke dalam operasional bisnis mereka.

Sebagai salah satu penyedia terkemuka di bidang perangkat lunak aplikasi perusahaan, SAP Indonesia bekerjasama dengan UKM Indonesia di bidang inovasi dan transformasi sederhana dengan mengimplementasikan SAP Business ByDesign® dan SAP Business One.

International Data Group Inc. (IDC) telah menempatkan solusi SAP Business ByDesign®, platform ERP perusahaan yang dirancang untuk usaha kecil dan menengah, sebagai solusi terdepan dalam perangkat lunak sebagai layanan (SaaS) di seluruh dunia dan aplikasi ERP berkemampuan cloud.

Selain itu, solusi SAP Business ByDesign® dan SAP Business One telah diakui dalam kategori pemain utama di IDC MarketScape 2020 untuk pasar aplikasi SaaS dan ERP pasar kecil dan menengah berkemampuan cloud di seluruh dunia.

Untuk mendukung UKM Indonesia, SAP Business One and SAP Business Business ByDesign SEA mengumumkan bahwa pelaku UKM mendapatkan Demo GRATIS Solusi SAP Business ByDesign dengan bantuan partner selama 6 bulan. Ini dapat membantu pelanggan SAP untuk mempercepat perjalanan mereka menuju pemulihan.

Managing Director SAP Indonesia, Andreas Diantoro, mengatakan, UKM adalah tulang punggung perekonomian Indonesia dan telah terbukti bahwa mereka tangguh dalam menghadapi berbagai krisis di masa lalu. Namun krisis kali ini turut menghantam UKM.

“Kami sangat yakin bahwa UKM Indonesia akan kembali bangkit lebih kuat dari krisis saat ini dan SAP memiliki solusi teknologi yang sesuai yang akan membantu mereka berjalan lebih baik di masa depan,” kata Andreas dalam rilis yang diterima redaksi spiritnews.co.id, Senin (5/10/2020).

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop-UKM), sektor usaha di Indonesia didominasi oleh usaha mikro, kecil dan menengah (99%) dan menjadi sumber pendapatan bagi 97% tenaga kerja di Indonesia.

Hingga saat ini, adanya sekitar 236.980 pelaku UKM yang melaporkan kondisi usaha mereka terpuruk di masa pandemi akibat hilangnya pendapatan dan berkurangnya permintaan konsumen sebagai dampak dari pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) oleh pemerintah (2).

Pusat Penelitian Ekonomi LIPI telah melakukan Survei Kajian Cepat Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Kinerja UKM Indonesia. Survei ini bertujuan untuk mendiagnosa dampak pandemi pada kelangsungan UKM serta mengidentifikasi strategi pemulihan kinerja UKM.

Survei yang melibatkan 679 valid responden dengan mata pencaharian utama sebagai pelaku usaha. Berdasarkan skala usaha, penurunan penjualan lebih dari 75% dialami oleh 40% usaha kecil dan 45,83% usaha menengah.

Survei juga mengumpulkan persepsi pelaku usaha bahwa usaha akan tutup jika pandemi tidak berakhir dalam waktu dekat (3).

Selama transisi ke normal baru, bisnis mulai dibuka secara bertahap. Namun, untuk bertahan hidup, UKM harus mengadopsi solusi teknologi yang lebih baik agar menjadi lebih tangguh. Dengan demikian, posisi UKM akan lebih diuntungkan setelah kondisi konsumen pulih.

Keberlangsungan bisnis, khususnya UKM, merupakan prioritas utama SAP. Jika pelaku UKM hanya menunggu dan berharap keadaan menjadi lebih baik, mereka akan sulit untuk bertahan dan berkembang.

UKM Indonesia masih memiliki potensi untuk pulih dengan optimisme konsumen, namun mereka harus tetap tangguh dan memenuhi permintaan dengan berinovasi dan bertransformasi menggunakan teknologi. Saat ini adalah waktu yang tepat untuk menyiapkan para pelaku UKM untuk memanfaatkan teknologi sebagai momentum untuk bangkit dari keterpurukan.(rls/red)

Pos terkait