Kota Semarang, spiritnews.co.id – Memancing bagi sebagian orang dianggap sebagai hobi yang menyenangkan dan bisa dijadikan sebagai alternatif mendapatkan tambahan penghasilan ataupun memperoleh ikan untuk konsumsi sehari-hari.
Di masa pandemi seperti sekarang ini, kegiatan memancing semakin digemari, selain untuk mengusir kebosanan, aktivitas ini dapat sedikit membantu perekonomian masyarakat.
Salah satu tempat favorit masyarakat memancing adalah Waduk Jatibarang (WJB) yang banyak didatangi oleh pemancing, baik masyarakat setempat, maupun berasal dari berbagai daerah bahkan dari luar daerah Semarang. Beragam ikan yang terdapat di WJB seperti ikan Bandeng, Tawes, Nila, Red Devil, Bader, Sapu-sapu dan Grass Carp menjadi magnet bagi pemancing untuk berburu ikan.
Dengan target ikan yang mayoritas adalah herbivor, lumut sering digunakan sebagai umpan memancing. Selama ini pasokan lumut mengandalkan dari luar daerah seperti daerah Soloraya, karena di sekitar Waduk Jatibarang hanya sedikit dan terbatas orang yang menyediakan lumut untuk kebutuhan penghobi memancing.
Tim Pengabdian Masyarakat IDBU dari Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK Undip menangkap peluang ini untuk dapat dikembangkan oleh masyarakat dan dapat dijadikan sumber penghasilan baru di tengah krisis pendapatan akibat pandemi Covid-19.
Mahasiswa tim KKN Tematik IDBU tahun 2020 yang diterjunkan langsung di Dusun Sirayu, Kelurahan Jatirejo, dibawah arahan dosen pendamping : Churun A’in, S.Pi, MSi; Dr.Ir. Suryanti, M.Pi; Nurul Latifah, S.Kel, M.Si melakukan transfer pengetahuan dan praktek budidaya lumut dengan memanfaatkan perkarangan kosong.
Budidaya lumut ini, dilakukan dengan metode kolam terpal yang dirakit menggunakan bambu. Waktu 2-3 minggu dianggap efektif untuk lumut dapat tumbuh dan berkembang biak pada bak-bak kolam berukuran 2×3 meter ini.
“Media yang digunakan berupa lumpur sawah dan juga sedikit air untuk kemudian dilapisi dengan lumutnya. Agar kolam tidak dihinggapi oleh nyamuk yang bersarang, maka kolam ditutupi dengan jaring-jaring,” kata Churun.
Diakuinya, budidaya lumut ini tidak membutuhkan modal besar dan perlakuan yang rumit, hanya syarat khusus untuk pembudidaya ini adalah kolam perlu dikuras airnya jika keruh. Jika tidak, lumut akan berbau dan mati berwarna kecoklatan. Aksi budidaya lumut dalam kegiatan pengabdian ini dianggap sukses dan berhasil, lumut tumbuh subur dan dapat dikembangbiakan.
Ketua Karang Taruna, Adi Prayogo, mengatakan, pengembangan budidaya lumut disambut antusias oleh seluruh anggota Karang Taruna karena selain mempermudah mendapatkan umpan, lumut juga laku tinggi dengan kisaran harga Rp 40.000 – Rp 60.000, per kilogram tergantung kualitas lumut, lumut tinggal dirawat di pekarangan rumah.
Lurah Jatirejo Bambang Hariyanto, mengatakan, kontribusi dan sumbangsih Undip melalui program pengabdian ini sangat mengena dan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Diantaranya, membantu menambah penghasilan ditengah kelesuan ekonomi akibat wabah COVID-19. Menurut beberapa referensi pemanfaatan lumut tidak hanya sekedar sebagai umpan memancing namun lumut menyimpan segudang manfaat diantaranya manfaat lumut untuk kesehatan adalah : sebagai bahan pembuatan obat kulit, bahan pembuatan obat mata, untuk hepatitis, sebagai obat antiseptik, obat penyakit jantung, obat pneumonia, mengobati luka bakar dan luka luar, zat anti kanker, sebagai obat anti jamur, dijadikan obat bius, obat hipertensi dan mengatasi bisa ular.
“Adapun manfaat tumbuhan lumut untuk fungsi ekologis adalah untuk mensuplai oksigen,” ungkapnya.(sir)