Tidak Bermasyarakat, LN Ditangkap Densus 88 di Pasar Johar Karawang

  • Whatsapp

Kabupaten Karawang, spiritnews.co.id – Sebelum melakukan penggeledahan sebuah rumah di Perumahan Klari Regency, Blok C Nomor 06, Desa Klari, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri terlebih dahulu menangkap LN (35), terduga teroris, di sekitar Pasar Johar, Kelurahan Karawang Wetan, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Sabtu (03/04/2021) sekitar pukul 10.00 WIB.

Saat itu, LN yang berasal dari Kabupaten Ciamis itu sedang bekerja menjadi tukang pengantar galon depot air mineral isi ulang yang merupakan milik kakak kandungnya berinisial E.

Bacaan Lainnya

“Menurut info yang didapatkan, LN warga saya itu ditangkap di tempat kerjanya. Ia kerja di depot isi ulang dekat Pasar Johar. LN (35) juga merupakan warga di Perumahan Klari Regency, Desa Klari, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang,” kata Tamrin Felani, anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Klari, saat dihubungi melalui sambungan telepon selularnya, Senin (05/04/2021).

Hal senada juga dikatakan salah seorang tetangga rumah dari terduga teroris Koh Edi (48). Menurutnya, tetangganya yang berjanggut tebal dan memiliki badan gempal terduga teroris itu, merupakan warga yang baru saja menetap dalam hitungan bulan di perumahan itu.

“Dia bekerja di depot air mineral isi ulang di Pasar Johar milik kakak kandungnya  (inisial E,red). Ditangkapnya juga di tempat kerja saat lagi mau mengantarkan galon isi ulang. Rumah dia yang ada disebelah rumah saya ini, tadinya di tempati oleh kakak kandungnya bersama suaminya. Kakak kandungnya pindah ke sekitar Pasar Johar, rumah itu ditempati sama dia (LN,red) bersama istrinya yang orang Kabupaten Bireun, Nangroe Aceh Darussalam,” katanya.

Menurutnya, LN baru menetap di rumah itu selama satu bulan. Sedangkan, istrinya pulang ke kampong halamannya di Aceh. Dia menempati rumah milik kakaknya tanpa istrinya itu, tidak ada kecurigaan warga.

“Orangnya emang gak bergaul juga sih. Setiap harinya dia melakukan kegiatan yang biasa-biasa saja. Pergi dari rumah untuk kerja, dan setelah pulang kerja malamnya, ya dia langsung istirahat atau tidur. Saya juga gak tahu sih,” jelasnya.

Atas penangkapan terhadap LN sebagai terduga teroris, diakuinya sangat mengagetkan ia bersama warga di Perumahan Klari Regency. Sebab, kata Edi, tetangganya itu sangat tertutup alias jarang bergaul dengan warga di sekitarnya.

“Saya tidak terlalu dekat. Ketemu aja jarang. Paling kalau dia pas berangkat atau pulang kerja aja ketemunya. Itu juga cuma senyum dan paling nanya basa-basi saja kalau sedang kebetulan pada saat saya lagi di depan rumah,” ujarnya.

Edi mengaku tidak mengetahui proses penangkapan LN secara detail. Namun, dia baru tahu setelah adanya rombongan Tim Densus 88 Anti Teror yang melakukan pemeriksaan dan penggeledahan di rumah LN.

Sejak LN ditangkap, kata Edi, rumah tersebut banyak dikunjungi orang. Polisi dari Densus atau Polsek Klari dan Polres Karawang datang. Dan meminta keterangan para tetangga terduga teroris.

“Sabtu siang banyak orang dari Densus 88 yang periksa dan geledah rumah dia. Sekarang rumahnya sudah dikasih garis polisi. Bahkan pejabat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang dan wartawan juga berdatangan kesini. Saya juga sempat diminta keterangan polisi,” ucapnya.

Ketua DKM Masjid Al-Karamahtussalam Perumahan Klari Regency, Ahmad Ngafif (29), mengatakan, selama tiga bulan LN menempati rumah milik kakaknya itu, istri LN hanya menetap selama satu bulan saja.

“Berdua bersama istrinya di bulan pertama, selanjutnya tidak ada terlihat lagi istrinya itu,” kata Ahmad.

Rumah yang dijadikan tempat persinggahan oleh terduga pelaku itu, dikenal warga sekitar sebagai orang yang sangat tertutup dan tidak pernah terlihat berinteraksi atau bersosialiasi dengan masyarakat sekitar.

Bahkan selain itu juga, rumah singgah terduga teroris yang tepat berhadapan dengan Masjid Al-Karamahtussalam Perumahan Klari Regency, Ngafif mengaku belum pernah melihat LN menginjakan kakinya di masjid untuk melaksanakan salah satu kewajibannya (Shalat 5 Waktu).

“Untuk bersosialisasi saja, bisa dikatakan tidak pernah bersosialiasi sama sekali dengan kita. Karena untuk melihat dia beraktifitas di siang hari saja, tidak pernah melihanya juga. Ya termasuk shalat berjamaah dan berdiskusi dengan warga sekitar di halaman masjid, gak pernah melihatnya menginjakan kakinya ke halaman masjid ini,” ungkapnya.(jun/ops)

Editor: Lassarus Samosir, SE

Pos terkait