Fomo Mengancam Perilaku Gen Z

  • Whatsapp

FENOMENA FEAR of Missing Out (FOMO) telah menjadi salah satu tren signifikan di kalangan generasi Z. Dengan kehadiran teknologi digital, terutama media sosial, kecenderungan untuk merasa tertinggal atau tidak terlibat dalam kegiatan yang dianggap penting menjadi semakin nyata.

Penulis : Eka Ristiyanti, S.Pd

Bacaan Lainnya

Guru SLB di Kabupaten Bandung Barat dan Pemerhati Remaja

Dari perspektif komunikasi, FOMO mencerminkan dampak besar interaksi berbasis teknologi terhadap psikologi dan perilaku komunikasi individu, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda.

Fenomena terbaru akibat FOMO adalah memiliki boneka labubu yang sedang populer saat ini. Hal ini menjadikan remaja tidak ingin ketinggalan dengan tren tersebut, pada akhirnya mereka membeli barang yang diluar dari kemampuan finansianya. Jiwa komsumeristisnya semakin menjadi, keinginan supaya tidak ketinggalan tren memiliki boneka labubu.

Gen Z juga sering terjebak dalam siklus perbandingan sosial yang konstan, yang tidak hanya mengganggu kesehatan mental tetapi juga kualitas komunikasi. Kecemasan akan tertinggal dalam perbincangan, tren, atau kegiatan populer membuat mereka lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial, yang pada akhirnya mengurangi komunikasi tatap muka atau interaksi nyata yang lebih substansial.

Melalui perspektif komunikasi, kita juga dapat melihat bahwa FOMO tidak hanya berakar pada kebutuhan untuk terhubung secara sosial, tetapi juga mencerminkan tekanan budaya akan ekspektasi kesuksesan, kebahagiaan, dan popularitas yang harus ditunjukkan di ruang publik.

Ini membentuk cara Gen Z berkomunikasi tentang diri mereka, di mana ada upaya yang konstan untuk menyampaikan kesan bahwa mereka selalu terlibat dalam kegiatan yang relevan dan menyenangkan, bahkan ketika realitasnya tidak demikian.

Dampak buruk FOMO bagi gen Z ada beberapa, diantaranya mengejar perhatian dengan menggunakan segala cara termasuk menggadaikan kehormatan. Dampak lainnya, mereka juga merasa narsistik, yakni perilaku merasa lebih baik dari yang lain dengan menonjolkan kehidupannya di media sosial.

Sungguh disayangkan jika kaum gen Z kehilangan jati diri mereka disebabkan gaya hidup FOMO yang tidak jelas arahnya. Interaksi dengan gadget yang berlebih sungguh dapat mengancam masa depan mereka.

Sesungguhnya FOMO lahir akibat kehidupan remaja serba bebas, hedonistik dan konsumerisme tidak terarah akibat tidak adanya aturan ketat yang membatasi mereka. Semua kesenangan dunia sesaat mendominasi dan menjadi prioritas utama.

Akibatnya terjadi pengabaian potensi gen Z untuk berprestasi dan berkarya yang lebih baik, juga menghalangi potensinya sebagai agen perubahan menuju kebaikan. Apalagi regulasi dalam sistem hari ini tidak memberikan perlindungan bagi gen Z, namun justru menjerumuskan gen Z pada lingkaran materiaslistik melalui sosial media yang menciptakan gaya hidup FOMO.

Padahal Islam memandang Pemuda memiliki potensi luar biasa dan kekuatan yang dibutuhkan umat terlebih sebagai agen perubahan menuju kebangkitan kaum umat.(*)

Editor: Lassarus Samosir, SE

Pos terkait