Kabupaten Subang, spiritnews.co.id – Pagi itu, embun masih setia menempel di rerumputan ketika Kang Jimat dan Mimih Yoyoh mulai menapaki jalan setapak menuju perbukitan di Serangpanjang.
Udara dingin tak menyurutkan langkah keduanya. Tampak serasi dengan balutan kaus putih sederhana. Pemandangan memukau terbentang di hadapan Kang Jimat dan Mimih Yoyoh. Hamparan hijau perbukitan yang berundak-undak, genting rumah yang terlihat kecil dari kejauhan dan langit biru yang masih dihiasi awan tipis.
Mereka tertawa bersama, tertawa yang ringan namun penuh arti. Di puncak bukit itu, dua hati bertaut menjadi satu, seakan-akan waktu berhenti, meninggalkan mereka dalam ruang yang hanya dipenuhi cinta dan kenangan.
Angin sepoi-sepoi menyapa, membawa harum dedaunan yang menenangkan. Kang Jimat dan Mimih Yoyoh menikmati kebersamaan dalam keheningan, saling menggenggam tangan, seolah dunia hanyalah milik mereka berdua.
Dan di sana, di puncak bukit kecil itu, cinta Kang Jimat dan Mimih Yoyoh tetap mekar, mengakar kuat seperti pohon tua yang tak tergoyahkan oleh waktu. Cinta mereka adalah bukti bahwa kebahagiaan sejati tak perlu megah-cukup sederhana, selama dijalani bersama.
Dalam kesederhanaan yang hangat, Kang Jimat dan Mimih Yoyoh mengajarkan bahwa waktu luang tak perlu diisi dengan kemewahan. Cukup duduk bersama, menikmati alam, dan berbagi canda tawa, sudah lebih dari cukup untuk mengisi hati dengan kebahagiaan.(ops/sir)