Jepang, SpiritNews-PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) memastikan, peralihan teknologi dalam industri otomotif di Indonesia paling lambat bakal dimulai 2025 mendatang. Pada era itu, mobil berbahan bakar minyak (BBM) akan beralih ke mobil elektrik (listrik).
“Kita tidak mungkin selamanya mengandalkan BBM sebagai energi penggerak mobil, karena suatu saat BBM pasti akan habis,” ujar President Director PT TMMIN, Warih Andang Tjahjono, usai menghadiri Festival Indonesia yang digelar di Tokyo, Jepang, dalam rangka Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Jepang, Minggu(29/7/2018).
Dalam acara tersebut, PT TMMIN ikut berpartisipasi dengan membuka stand di erea festival dan memboyong 30 seniman serta penari. Kegiatan tersebut juga dihadiri Presiden Indonesia ke-5, Megawati Soekarnoputri dan sejumlah Menteri Kabintet Indonesia Bersatu.
Menurut Warih, perubuah tekhnologi dalam dunia industri khususnya otomotif tidak mungkin bisa dibendung. Sebab, jika Indonesia tidak mengikuti hal itu dipastikan akan tergerus oleh negara luar.
Guna mengikuti arus perubahan itu, ada empat pilar yang harus diperhatiakan produsen otomitif di Indonesia, yaitu costumer, infrastruktur, suplayer dan regulasi (aturan).
“Kita harus bisa meyakinkan konsumen, jika mobil listrik lebih aman dan nyaman ketimbang mobil ber-BBM. Jika konsumen sudah menerima, maka peralihan teknologi tersebut sudah melewati satu hambatan,” kata Warih.
Setelah itu yang harus diperhatikan berikutnya adalah infrastruktur. Artinya, pengisian baterai untuk mobil listrik harus ada di mana-mana, termasuk juga bengkel yang siap merawat mobil jenis itu harus tersedia.
Pilar berikutnya adalah suplayer komponen mobil haris bisa diajak berubah. Jika tidak, mereka akan tergusur dengan sendirinya. “Toyota memiliki ratusan suplayer komponen dengan ribuan pekerja. Mereka harus siap mengikuti perkembangan ini,” katanya.
Yang tak kalah penting, pemerintah harus membuat aturan (regulasi) yang tepat agar mobil listrik di Indonesia bisa dikembangkan, bahkan bisa mengalahkan negara yang sudah maju. “Kami terus menerus memberi masukan kepada pemerintah mengenai peralihan teknologi ini,” katanya.
Saat ini Indonesia memiliki bahan baku pembuatan baterai mobil yang tidak dimiliki oleh negara lain. Potensi tersebut bisa dikembangkan agar semua baterai mobil merk apapun dibuat di Indonesia. Untuk itu, diperlukan hubungan baik antar pemerintahan.
“Partisipasi PT TMMIN dalam festival ini aalah satu tujuannya adalah untuk hal tersebut,” kata Warih.
Mobil listrik yang saat ini sudah dipriduksi negara maju masih banyak kelemahan. Diantaranya bentuk baterai yang terlalu besar dan berat. Selain itu, kekuatan baterai dalam menggerakan motor kendaraan belum bisa bertahan lama.
Ha tersebut dipastikan akan berpengaruh terhadap minat konsumen untuk beralih ke mobil listrik. Artinya, peluang untuk merebut pasar mobil listrik sangat terbuka lebar, jika produsen bisa memperbaiki kelemahan-kelamahan tersebut.
“Saat ini belum satupun negara berkembang yang memproduksi mobil listrik, baru ada di negara-negara maju,” ujarnya.(ops)