KONSEP pembelajaran tematik adalah salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi perserta didik.
Penulis : Mentari Andriyanti
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang
Pembelajaran terpadu ini merupakan pembelajaran yang menghubungkan berbagai gagasan, konsep, keterampilan, sikap, dan nilai, baik antar mata pembelajaran maupun dalaam satu mata pembelajaran.pembelajaran tematik memberikan penekanan pada pemilihan suatu tema yang khusus yang sesuai dengan materi pembelajaran, untuk mengajar satu atau beberapa konsep yang memadukan berbagai informasi (Permendikbut no. 57 Tahun 2014).
Konsep pembelajaran terpadu pada dasarnya telah lama dikemukakan oleh John Dewey sebagai upaya untuk mengintegrasikan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dan kemampuan pengetahuannya (Beans, dalam udin Syaefudin dkk, 2006: 4).
Dimana, pembelajaran terpadu ini merupakan pendekatan untuk mengembangkan pengetahuan peserta didik dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan pada intraksi dengan lingkungan dan pengalaman hidupnya. Hal ini membantu peserta didik untuk belajar menghubungkan apa yang telah dipelajari dan apa yang sedang dipelajari.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapatlah diambil kesimpulan bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu model pembelajaran yang memadukan beberapa kompetensi dasar satu atau beberapa mata pembelajaran.
Pembelajaran tematik berdasarkan filsafah konstruktivisme yang berpandangan bahwa pengetahuan yang dimiliki peserta didik merupakan hasil bentukan peserta didik itu sendiri.
Peserta didik membentuk pengetahuannya melalui intraksi dengan lingkungannya, bukan hasil bentukan orang lain. Proses pembentukan pengetahuan tersebut berlangsung secara terus menerus sehingga pengetahuan yang dimiliki peserta didik menjadi semakin lengkap.
Teori Pembelajaran Konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivisme adalah teori pembelajaran yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui suatu pengalaman dan intraksi yang mereka lakukan.
Menurut pandangan konstruktivisme anak secara aktif membangun pengetahuan dengan cara terus-menerus mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru, dengan kata lain konstruktivisme adalah teori perkembangan kognitif yang menekankan peran aktif peserta didik dalam membangun pemahaman mereka tentang realita ataupun fakta (Slavin, 1994: 225).
Pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara intensif, atas dasar teori bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan suatu masalah dengan temannya (Slavin, 1994).
Contoh implementasi pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran adalah peserta didik belajar bersama dalam bentuk kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam bentuk kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 peserta didik, dimana dalam satu kelompok tersebut tercampuran dari peserta didik yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Peserta didik tetap berada dalam kelompoknya selama beberapa minggu.
Mereka diajarkan keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik selama kerja dalam kelompoknya, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang ditugaskan guru dan saling membantu teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan belajar.
Pada saat peserta didik sedang bekerja dalam kelompok guru berkeliling mengecek kelompok yang sedang bekerja dan memberikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan.
Dilihat pada uraian di atas, maka pada dasarnya teori konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna. Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain, tetapi pengetahuan itu didapat dari pengalaman individu ataupun peserta didik itu sendiri.
Belajar menurut pandangan konstruktivis merupakan hasil konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang. Pandangan ini memberikan penekanan bahwa pengetahuan kita adalah bentukan kita sendiri (Suparno, 1997: 18).
Prinsip-prinsip yang sering diambil dari konstruktivisme menurut Suparno (1994: 73), antara lain :
- Pengetahuan dibangun oleh peserta didik secara aktif.
- Tekanan dalam proses belajar terletak pada peserta didik.
- Mengajar adalah membantu prserta didik belajar.
- Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir.
- Kurikulum menekankan partisipasi siswa.
- Guru sebagai fasilisator.
Secara umum, prinsip-prinsip tersebut berperan sebagai referensi dan alat. Refleksi kritis terhadap praktik, pembaharuan, dan perencanaan pendidikan.
Contoh dalam pembelajaran adalah ada pada matkul sains yang melakukan pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan cahaya, dimana guru dapat memberikan batuan eksperimen yang berupa diskusi tentang rangkuman materi yang terkait dengan pemantulan cahaya.
Ada dua implikasi dalam teori ini dalam pembelajaran sains. Pertama, dikehendakinnya susunan berbentuk kooperatif antar peserta didik, sehingga dapat berintraksi disekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi masing-masing zone of proximal depelopment mereka.
Kedua, pembelajaran pvygotsky dalam pengajaran scaffolding sehingga peserta didik semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap pembelajaran sendiri (slavin, 1994: 94).(*)