Kabupaten Sukabumi, SpiritNews-Kondisi bangunan Sekolah Dasar (SD) Negeri Cisonggom di Kampung Cisonggom, Desa Cimanggu, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat sangat memprihatinkan.
Padahal gedung tersebut hanya berjarak dua kilometer dari Kantor Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sukabumi.
Kondisinya rusak parah, dinding terkelupas, kaca jendela pecah, plafon dua ruang kelas bolong, hingga sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) tak laik. Bangunan itu sudah tak layak pakai.
Suparman, salah seorang pengajar di sekolah itu mengatakan, kondisi sekolah ini sangat mengancam keselamatan para siswa saat melakukan proses belajar mengajar.
“Karena atap banyak yang bolong dan retak. Usia gedung ini sudah tua, dan pernah direnovasi biasa dua tahun silam. Tapi sekarang kondisinya semakin parah dan sudah selayaknya dapat perbaikan dari pemerintah,” kata Suparman, Selasa (2/5/2017).
Pihak sekolah, kata Suparman, telah berkali-kali mengajukan proposal ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukabumi melalui Dinas Pendidikan. Namun hingga kini belum ada kejelasan jawaban proposal tersebut.
Pihak Dinas Pendidikan, lanjutnya, pernah datang melihat kondisi banguna sekolah tersebut. Bahkan dijanjikan akan mendapatkan renovasi pada April 2017 silam. “Sekarang sudah Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Sudah lewat April dan kondisinya masih rusak,” sindir dia.
Suparman menambahkan, ada dua ruangan paling parah di sekolah itu, yakni ruang kelas N dan kelas VI.
“Bila turun hujan para siswa dan guru harus keluar. Kalau sudah begitu, ruangan penuh air, dan proses belajar mengajar terganggu, “katanya.
Karena tidak berfunsinya MCK, Suparman memaparkan, guru dan siswa yang hendak buang air kecil terpaksa harus ke kebun sebelah.
“MCK ini sejak sekolah berdiri tidak pernah mendapatkan perbaikan. Bahkan bila ada tamu hendak ke kamar mandi, kami menyarankan ke kebun di smaping sekolah,” tukasnya.
Ia berharap, Pemerintah Daerah segera memperhatikan kondisi bangunan tersebut. Sebab, kondisi gedung rusak akan mempengaruhi kualitas pendidikan itu sendiri.
“Bagaimana mau mau memberikan oilmu kepada siswa, kalau setiap saat harus keluar gedung untuk menghindari air hujan,” imbuhnya.
Aril, siswa kelas V mengatakan, semenjak musim penghujan, siswa kelas V khususnya sering tidak belajar. “Tidak ada yang berani belajar di dalam kelas. Takut atapnya roboh,” kata Aril polos.(ony)