12 Ribu Hiu Diperdagangkan, WWF Indonesia: Jagalah Hiu untuk Pelestariannya

  • Whatsapp

Kota Bekasi, SpiritNews-Dengan diadakannya acara Save Our Sharks (SOSharks) oleh Bandar Djakarta Bekasi, restoran ini mendukung program pelestarian ikan Hiu.

Bycatch and Shark Conservation Coordinator, Dwi Ariyoga Gautama sekaligus perwakilan WWF Indonesia mengatakan, di sesi pertemuan saat acara Save Our Sharks (SOSharks) Bandar Djakarta Bekasi yakni salah satu untuk merubah atau menurunkan perdagangan hiu adalah dengan menyetop rantai perdagangan itu.

Bacaan Lainnya

“Tentu perannya traffic cenco itu begitu penting disini, jadi kita memang disini bukan member sheet tapi ketika ada gerakan kampanye bersama. Jadi kalau misalnya ada perusahaan memang shelf dicter kita tidak memperdagangkan lalu sama sama kita kampanye bareng,” ucapnya, Sabtu (5/5/2018).

Sebenernya kampanye ini baru mulai pada akhir tahun lalu, sejauh ini yang ada di Indonesia joined sebelumnya hotel Santika premiere yang ada di Bintaro. Jadi mereka juga sempat release juga statementnya mereka dan ini yang kedua.

“Saya menyampaikan 2017 itu, perdagangan Hiu diperdagangankan di restoran sekitar 12.000/ script kream sebelumnya 2013 itu ada 15.000 kemudian, kita kampanye selama 3 tahun itu baru menurunkan sekitar 30% dan menekankan untuk di Jakarta itu hanya untuk domestik saja,” jelasnya.

Jadi pada tahun 2013 melihat bahwa produsen terbesar tidak semuanya itu ekspor, karena seperti yang dirinya katakana, ada yang justru anakannya diperdagangkan ke domestik jadi kampanyenya sedikit berbeda.

“Walaupun sekarang restoran yang memperdalam Hiu bukan yang paling besar, tetapi sedikit demi sedikit.Kalau dulu memang orang pahamnya, bahwa sebagaian besar itu dari mitos tianghoa dijaman dinasti tertentu itu memang mengkonsumsi Hiu turun temurun sesuai tradisinya,” ungkap Dwi.

Ia pernah mengajak diskusi, bahwa Chinese memang konsumen terbesar dalam Hiu, karena secara kultural turun temurun menjadi menyakini dan prestice ketika menyediakan di acara keluarga, wedding itu pasti untuk status social.

“Tapi memang kita punya survey di tahun 2013, itu ternyata  yang mengkonsumsi tidak hanya orang tianghoa saja, ada eksekutif muda dan tidak hanya golongan tertentu saja kini berpindah, seiring dengan pendapatannya dengan jarang yang sesuai di konsumsi,” tuturnya.

Lalu konsumen lainnya, Hiu itu dijadikan ladang bisnis.Banyak para pengusaha melobby kliennya caranya dengan melayani mereka dengan menyediakan Hiu.Jadi tidak terstatementkan pada keturunan tianghoa saja.

“Ya, jadi menurut kami jika ingin menurunkan ancaman terhadap populasi Hiu, berangkatlah dari diri sendiri dengan tidak membeli atau menkonsumsi Hiu ataupun turunannya meliputi kulit,dagingnya, sirip Hiu ataupun giginya yang menjadi souvernir,” pungkasnya.(den)

Pos terkait