Kabupaten Karawang, spiritnews.co.id – Larangan mengikuti ujian karena menunggak Iuran Pembinaan Pendidikan (IPP) atau Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP), kembali terjadi. Nasib malang tersebut, dialami seorang siswa di Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Tegar Yauar (17), yang masih tercatat sebagai salah seorang siswa di kelas 3 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Industri Teknologi Nasional (ITENAS), dilarang pihak sekolah untuk mengikuti Ujian Akhir Sekolah (UAS), karena masih memiliki tunggakan bayaran IPP kepada pihak sekolah yang berlokasi di Jalan Raya Pedes – Sungaibuntu, Kecamatan Pedes, Karawang, Jawa Barat itu.
Tunggakan iuran ini karena terjepit ekonomi. Pasalnya, Tegar bersama kakak dan ibunya tinggal di sebuah rumah yang terbuat dari triplek dan kayu di Dusun Pedes 1, Desa Payungsari, Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang.
Dedeh (50), ibu kandung Tegar, mencurahkan perasaan pilunya sebagai seorang tulang punggung keluarga mengaku sedih melihat putra bungsunya itu, dilarang untuk mengikuti UAS.
Kesedihannya semakin menjadi saat ia mengaku, mendapat kabar bahwa putra bungsunya itu terancam dikeluarkan atau di DO (Drop Out) dari sekolahnya.
Faktor kondisi ekonomi sebagai latar belakang kendalanya ini, Dedeh mengaku sudah tidak sanggup untuk melunasi seluruh tunggakan sekolah anaknya yang perkirakan mencapai Rp 4.525.000.
“Bukan saya tidak mau bayar iurannya Tegar, tapi apa daya dengan keadaan saya seperti ini. Jujur, saya tidak punya uang sebanyak itu,” kata Dedeh yang sesekali tangannya terlihat mengusap air mata di wajahnya, Rabu (28/04/2021).
Keseharian keluarga Tegar yang selama ini hanya mengandalkan hasil berdagang makanan anak-anak di warung yang ia bangun dengan peralatan dan perlengkapan seadanya di depan rumah, dirasa hanya cukup untuk memenuhi makan sehari-hari.
Diketahui, sejak Tegar duduk dibangku sekolah menengah pertama, kedua orangtuanya telah berpisah. Kini, wanita itu tengah berjuang bersama ke dua putranya untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
Terkadang saat dagangannya sepi, ia kerap berharap mengandalkan hasil jerih payah putra pertamanya (Kakaknya Tegar, red) yang diketahui hanya seorang buruh serabutan yang tak menentu pekerjaan serta penghasilnnya itu.
Saat ini, keluarga Tegar hanya berharap akan hadirnya sebuah keajaiban sang maha kuasa untuk nasib putra bungsunya agar tidak dikeluarkan dan anaknya diijinkan bisa mengikuti UAS di sekolahnya hingga dapat dinyatakan lulus dari SMK ITENAS Pedes.
“Kepada pihak sekolah, saya mohon bantuan keringanannya untuk anak saya. Tegar harus tetap bisa ikut ujian supaya lulus dan bisa mencari pekerjaan sebagai pegawai pabrik di Karawang. Masalah biaya, saya tetap mengusahakannya buat nyari dulu. Biarin ijazah di tahan sama pihak sekolah sebelum dia bisa melunasi iuran yang menunggak,” harapnya.
Kendati pada kesempatan itu, pelajar yang dilarang mengikuti UAS dan terancam di DO oleh sekolahnya. Sosok siswa tersebut sedang tidak berada di rumahnya, bahkan berada di sekolahnya pun tidak mungkin.
Kabarnya, siswa itu sedang berada di sekitaran Pasar Pedes. Siswa itu sesekali suka mengikuti jejak kakak kandungnya sebagai buruh harian lepas di sekitaran Pasar Pedes, Karawang.
Ditempat terpisah, sejumlah pengurus yayasan SMK ITENAS Pedes berkilah tidak akan mengeluarkan Tegar dengan alasan apapun. Hal itu juga ditegaskan kembali oleh Kepala SMK ITENAS Pedes, Ita . Secara singkat, pihaknya juga menjanjikan hal yang sama, yakni tidak akan memberhentikan Tegar.
“Silahkan saja ikut ujian. Paling tidak bantu sekolah berapa aja gitu supaya ada pemasukan. Teu kudu (tidak harus) lunas sebenernya mah. Sekolah juga tidak akan memberhentikan dan akan selalu membantu,” kilahnya.
“Manawi kitu ti media ngabantu sabaraha weh jeung ngabantu Tegar. (Barangkali dari media mau ngebantu berapa aja buat Tegar, membayar tunggakan IPP-nya, red). Itu akan lebih elok. Soalna piutang nateh lain ti kelas ieu hungkul tapi ti kelas satu pak. (Soalnya hutang-piutangnya itu bukan dari kelas ini saja, tapi dari kelas satu juga Pak). Nilai totalnya segitu. Hitungannya sudah tiga tahun, lamun sungguh-sungguh mah piraku teuing ti baheula (Hitungan tunggakannya sudah tiga tahun, kalau bersungguh-sungguh membayar atau mencicil tunggakan bayaran iuran sekolah mah, masa iya dari dulu),” cetusnya.(ops/sir)